Karya

Melukis Mimpi

Kamis, 12 Desember 2024 / Karya

Kenalin, Aku Sasa. Malam ini di sudut kamar aku hanya terbaring di atas kasur sembari menatap langit-langit rumahku. Aku hanya termenung sambil membayangkan jika aku bisa menjadi seniman, terutama dalam bidang seni kesukaanku yaitu menggambar dan melukis. Tanpa disadari aku sudah menghabiskan waktu setengah jam terdiam dan membayangkan hal yang aku sendiri tidak yakin bisa mencapainya.

"Heeh, dari pada aku bingung, kenapa ga ku coba aja ya? Tapi aku rasa keahlian seniku belum begitu baik," gumam Sasa sambil menghela nafas.

Aku terus berlatih dengan hobiku itu, aku tidak pernah menyerah untuk hal yang ku sukai. Walaupun aku tidak yakin bisa menjadi seniman hebat tapi setidaknya karyaku dikenal orang-orang.

***

"Pip pip pip pip," alarmku berbunyi kencang.

"Hoaamm," aku menguap puas. "Lho, kok udah pagi aja? Tadi kayanya masih malam. Astaga aku terlambat sekolah ga, ya?" sontakku terkejut.

Aku langsung bergeras bangun dari kasurku dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Syukurlah aku tidak terlambat masuk sekolah, jika lebih lambat lima menit lagi, gerbang sekolah sudah ditutup.

Aku menjalani kewajibanku sebagai pelajar. Pelajaran pertama adalah pelajaran seni. Pak Rahma memasuki kelas 8B yaitu kelasku. Seluruh murid mengucapkan salam dengan dipimpin oleh ketua kelas. Kali ini Pak Rahma memberikan kami tugas untuk menggambar wajah kami sendiri atau disebut self potrait. Tentunya aku juga mengerjakan. Aku berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Rahma. Sebenarnya aku cukup kesulitan karena aku belum begitu mahir untuk menggambar wajah.

Saat aku sedang serius menggambar tiba tiba Evan salah satu temanku menghampiri mejaku.

"Hahahaha, jelek banget! Itu kenapa matanya besar satu? Hahaha! Ku dengar kamu jago gambar. Ternyata gambarannya aja jelek kaya gini," ga ada angin ga ada hujan Evan tiba tiba tertawa dan mengejek, sambil menunjuk-nunjuk kearah gambaranku.

Saat ini aku tidak bisa berkutik. Ucapan Evan terus melintas dipikiranku. Aku tak tahu harus berbuat apa, aku hanya terdiam sambil menatap gambarku yang ditertawakan Evan.

"Sebenarnya apa yang salah dari gambarku?" Batinku. Aku terdiam sambil memikirkan hal itu.

"Evan! Maksudmu apa?!" Secara tiba-tiba Vara berteriak kearah Evan.

"Ga ada yang salah dari gambaran Sasa kok. Kamu kenapa sih suka komen hasil kerja orang lain. Daripada kamu sibuk ngurusin orang lain mending kamu lanjutin aja kerjamu sendiri," ucap Vara membelaku.

Evan hanya terdiam. Aku juga terdiam karena baru kali ini mendengar Vara berteriak kencang. Vara termasuk anak pendiam di kelasku, biasanya dia cuma diam aja. Tapi tak kusangka ternyata Vara membelaku.

"Udah ga pa pa, Sa. Lajutin aja kerjamu. Gambarmu bagus banget. Justru aku pengen diajarin gambar sama kamu. Omongan Evan tadi jangan kamu masukin hati, ya. Kita sama-sama tahu kalau Evan emang gitu orangnya." Vara menghampiriku dan meyakinkanku akan hal yang baru saja terjadi.

Aku masih sakit hati, tapi bener kata Vara. Kalau aku semakin mikirin perkataan Evan, aku sendiri yang rugi. Bahkan mungkin terpuruk. Aku melanjutkan gambarku dan setelah selesai mengerjakan aku mengumpulkannya ke Pak Rahma untuk diberi penilaian.

Waktu menunjukkan pukul 14.30, sudah waktunya untuk pulang sekolah. Tidak lama bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun mengemasi barang-barangku dan bersiap pulang. Saat sedang menuruni tangga aku berpapasan dengan Pak Rahma.

"Sasa, sini nak," panggil Pak Rahma.

Mendengar panggilan itu aku mengikuti Pak Rahma yang memanggilku dan menuju kearah bangku dekat lapangan.

"Sini-sini, duduk dulu," kata Pak Rahma sambil menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

Aku menuruti perintah Pak Rahma dan duduk di bangku tersebut. Saat itu aku berpikir mungkin ada kesalahan yang ku perbuat sehingga Pak Rahma memanggilku. Tapi ternyata dugaanku salah.

"Jadi gini, Nduk. Kamu kan suka melukis, nahh.. kamu mau ndak kalau bapak daftarkan lomba melukis?" Tanya Pak Rahma.

Mendengar kesempatan bagus itu tentunya aku menyetujui tawaran Pak Rahma.

"Bagus dong kalau aku bisa ikut lomba-lomba gitu, aku jadi punya kesempatan untuk menunjukkan hasil karyaku." Batin Sasa.

Walau tidak percaya diri dan sedikit ragu aku tetap berusaha sebaik mungkin untuk mengikuti lomba tersebut.

Aku memulai melukis di atas kanvas yang telah disediakan dengan tema yang sudah ditentukan. Imajinasiku berkembang luas, semua ide-ide yang ku punya kutuangkan kedalam lukisan itu. Tak terasa aku sudah membuat setengah karya dan sebentar lagi akan selesai. Aku terus melanjutkan lukisanku sampai sudah dirasa cukup dan sudah puas dengan hasil karyaku.

Waktu pengumpulan karya tinggal dua hari lagi. Karyaku sudah selesai. Hanya tinggal membawa ke sekolah dan menyerahkannya kepada Pak Rahma. Pak Rahma yang akan membantuku mengumpulkannya kepada panitia lomba.

***

Keesokan harinya, aku menuju ruang guru dan berbicara pada Pak Rahma. Aku memperlihatkan hasil karyaku dan meminta Pak Rahma untuk memberikan komentar. Aku sudah yakin mengumpulkannya. Pak Rahma pun juga merasa karyaku sudah cukup untuk bisa dikumpulkan.

“Wah bagus sekali karyamu, Nak. Bapak jadi bangga sama kamu," ucap Pak Rahma sambil memuji hasil karyaku.

"Hehe, terima kasih, pak. Saya sudah dibantu untuk mengikuti lomba ini," kataku.

“Sama-sama. Jangan kapok, yaa." ujar Pak Rahma sambil tertawa tipis.

Sip deh, karyaku sudah ada ditangan Pak Rahma. Tinggal nunggu pengumuman hasil lombanya. Aku tidak berharap banyak tapi setidaknya masuk 5 besar. Kalau tidak juara pun tidak masalah. Masih ada hari esok untuk mencobanya lagi.

***

Seminggu telah berlalu. Tepat dihari Rabu aku diminta oleh panitia lomba untuk datang ke tempat yang sudah ditentukan. Bersama Pak Rahma sebagai guru pembimbing aku menuju ke lokasi. Terlihat di depan pintu masuk ada banyak karya peserta yang dipajang. Aku memasuki ruangan yang sudah ditentukan oleh panitia lomba. Acara sudah mulai, ternyata banyak sekali peserta yang mengikuti lomba. Saat ini waktunya untuk pengumuman hasil perlombaan. Aku cukup berdebar-debar. Rasa penasaran dan sedikit grogi karena karya peserta lain sangat bagus dan keren.

Pengumuman pemenang sudah dimulai. Juara harapan 2, juara harapan 1, dan juara 3 sudah dibacakan. Tetapi tidak ada namaku yang terdengar. Sekarang tiba pengumuman juara 1 dan 2, musik tegang diputar sehingga membuat suasana menjadi lebih tegang. Aku hanya memejamkan mata dan berharap jika namaku akan disebut. Tak disangka namaku pun disebut sebagai pemenang juara 2 dan aku diiminta untuk maju ke depan.

Aku tidak percaya dengan semua ini. Aku tidak berharap banyak tetapi ternyata aku mendapatkan juara 2. Aku lebih senang lagi karena ternyata banyak orang yang mengapresiasiku dan menatapku bahagia. Setelah pengumuman itu orang-orang memberiku selamat sembari memuji karyaku. Aku tidak mau terlalu percaya diri tapi ini nyata. Aku jadi semakin yakin kalau aku bisa. Aku yakin bisa meraih cita-citaku. Aku tidak akan berhenti untuk berjuang dan terus berlatih mengasah kemampuanku.

Aku juga senang bisa melihat orang-orang tersenyum dan terhibur karena karya-karyaku. Sama hal nya dengan teman-temanku yang memintaku untuk mengajarkan mereka menggambar. Tentunya aku tidak menolak dan malah senang karena bisa berbagi kepada mereka. Aku semakin yakin bahwa untuk mengejar cita-cita kita harus percaya diri dan tekun menjalani prosesnya.

                                                                                                                                               Yolanda Naomi Agustin-2024

    Kirim Komentar

    © Copyright Citraweb Digital Multisolusi All Rights Reserved. Designed and Developed by Developed by Citraweb